Kamis, 08 Mei 2008

The Journey ( Sebuah Perjalanan )

Seorang anak muda di awal tahun yang baru....

Lariku terhenti ketika kulihat di depanku terlihat jurang yang sangat dalam, aku tertegun lemas hanya bisa duduk memandang karena tak tahu mau melangkah kemana. pikirku, aku takkan mampu melewati jurang itu. sesuatu yang mustahil untuk dilewati.
"Apa yang kamu lihat?" Tiba-tiba suara itu membuyarkan lamunanku.
"Oh... lihat, itu jurang yang sangat dalam aku tidak akan bisa melewati ini." Aku menunjukkan jurang itu sambil berjalan mendekati sosok lelaki yang besar itu. Wajahku tertunduk mendekatiNya sebenarnya aku malu memandang Dia, sosok yang berwibawa, tinggi, besar, Dia Yesus Bapaku...
"Bapaku...sekiranya Engkau berkenan...tolong bantu aku untuk bisa melewati jurang itu. Engkau kan punya kuasa. jadi tolong aku, Kau bisa ciptakan jembatan supaya aku bisa melewati jurang itu, sehingga kita berdua bisa melewatinya." Aku masih tertunduk... Dia hanya diam memandangku nampaknya Dia begitu marah kepadaku. "Bapaku...maafkan aku! ya aku mengaku salah sudah meninggalkan Engkau sendiri dibelakang, aku terlalu senang berlari di jalan lurus yang ku lewati tadi sehingga melupakan Engkau, maafkan aku..."
Dia tersenyum memandangku, pemandangan yang sudah terlalu sering ku lihat karena Dia memang selalu tersenyum kepadaku walaupun sedang marah.
"Anak-Ku, sudah terlalu sering kamu meninggalkan Aku sendiri. kamu berlari begitu cepat melupakan Aku. Bahkan Aku sudah berteriak memanggilmu untuk berjalan disampingKu tapi kau tak menghiraukannya, sebenarnya banyak yang ingin Ku ceritakan kepadamu, banyak hal yang akan Kubicarakan denganmu tapi kamu terlalu sibuk dengan urusanmu sendiri."
Dia mengangkat mukaku, dipegangNya kedua pundakku dengan tanganNya yang besar sambil terus memandangku.
"Anak-Ku Aku terlalu menyayangimu, ya sudah...jangan tertunduk lagi jangan sedih lagi, Aku sayang kamu Aku tahu hatimu engkau tulus dan murni, kamu sudah mengaku salah sekarang dan jangan mengulangi kesalahanmu lagi, Aku hanya ingin kamu berjalan disampingKu bersamaKu selalu."
aku mengangguk sambil tersenyum bahagia karena Dia sungguh baik kepadaku...
"Anak-Ku sekarang lihatlah jurang itu kita akan melewatinya bersama..."
"Tuhan! Apakah Engkau akan membuat mujizat bagiku? Engkau akan menciptakan jembatan itu?
"Hehehehe :-) " Dia tetawa mendengarnya.
"Anak-Ku apa yang kamu pikirkan dengan apa yang Kupikirkan memang berbeda ya! seperti langit dengan bumi hehehe... " Aku semakin bingung dibuatNya.
"Anak-Ku apakah kamu percaya denganKu?"
"Tentu saja Tuhan, aku percaya kepadaMu 100% !!!"
"Nah kalau begitu ayo Ku gendong kita akan melewatinya."
Dengan tangan dan punggungNya yang besar Dia menggendongku, akupun berpegang erat padaNya.
"Tuhan apakah kita akan terbang?
"Hehehe... kamu selalu membuatku tertawa, tidak anak-Ku kita akan menuruni jurang ini dan mendaki tebingnya, ayo bersiap pegangan yang kuat jangan sampai lepas!"
Dia mulai menuruni jurang yang curam itu, tangan dan kakiNya yang kuat berpegangan pada batu-batu yang keras dan tajam. Terkadang kakiNya tergelincir dan pegangan tanganNya terlepas dan kami hampir jatuh kebawah, tapi Dia memang pendaki sejati meskipun tergelincir Dia masih bisa berpegangan kembali, Dia benar-benar hebat, jantungku selalu berdegup kencang dibuatnya. Kulihat tangan dan kakiNya penuh luka lecet dan berdarah karena batu-batu yang tajam. Setelah sampai dibawah baru aku tahu kalau jurang itu memang sangat dalam, aku sangat ketakutan disitu aku semakin berpegangan erat padaNya.
"Tuhan aku takut sekali disini, begitu gelap, dingin dan menakutkan."
"Tenang anak-Ku jangan takut, ada Aku disini, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian, pecayalah kepadaKu." Kata-kata itu membuatku tentram dan damai
Sekarang saatnya untuk mendaki tebing, tebing itu begitu curam hingga mustahil untuk didaki, tapi tanganNya yang kuat kembali menapaki batu-batu yang keras itu, aku begitu kagum dibuatNya sekaligus takut karena kali ini tantangan yang kami hadapi semakin berat, disitu angin yang keras mulai menerpa tubuh kami hampir-hampir tubuhku terlempar oleh angin tersebut, aku semakin berpegang kuat padaNya, pokoknya aku bener-bener berserah padaNya yang bisa kulakukan hanyalah berpegang kuat padaNya.
Sekalipun Dia sudah kelelahan tapi tanganNya yang sudah penuh luka dan berdarah itu terus mendaki dan mendaki. Tak bisa kubayangkan Dia Tuhan yang Agung pencipta alam semesta ini rela menggendongku melewati badai ini.
"Tuhan sudah hampir sampai diatas, tinggal sejengkal lagi."
"Ya anak-Ku tinggal sebentar lagi kita akan sampai."
Dengan penuh kekuatan Dia naik keatas dan akhirnya sampai juga di puncak. Aku segera turun dari punggungNya berteriak sambil meloncat-loncat kegirangan, "Hore aku bisa, hore aku bisa sampai di puncak...!"
Tapi setelah melihat tanganNya yang penuh luka itu aku kembali terdiam aku sadar kalau itu bukan usahaku aku hanya duduk diam dalam gendonganNya dan Dia yang melakukan semuanya itu.
"Bapaku Engkau memang Allah yang hebat, tetapi Tuhan mengapa Engkau rela melakukan ini semua demi aku?
"Karena Aku mengasihimu anak-Ku, Aku sayang kepadamu..."
"Tapi kenapa tidak lewat jembatan saja atau terbang itu kan lebih mudah?"
"Hehehe... karena Aku ingin berlama-lama dengan kamu kalau terbang kan cuma sebentar tidak seru lagi, kalo lewat jembatan e.. nanti kamu lari meninggalkan Aku lagi hehehe... "
"Terimakasih Bapa, perjalanan yang tadi benar-benar seru dan menyenangkan kalau aku berjalan bersama Engkau, aku sekarang menjadi semakin percaya kepadaMu."
"Anak-Ku ayo kita berjalan lagi, kita hadapi tantangan selanjutnya."
"Ayo... Tuhan...!!!"

boy_heart

Tidak ada komentar: